Senin, 19 November 2012


Umurku 17 tahun

Mengapa umur yang ke 17 tahun itu disebut - sebut sweet seventeen???
Jujur sampai saat ini pertanyaan itu masih tersimpan dibenak Ocha. Tanda Tanya (?) itu pun masih melingkar manis di atas kepalanya. Kenapa hanya umur 17 tahun yang di sebut sweet seventeen? Bagaimana dengan umur – umur yang lain? Banyak remaja yang menantikannya dan banyak pula orang tua yang sangat mengkwatirkannya. Hingga akhirnya Ocha memberanikan diri untuk bertanya hal itu ke kakaknya. “ sweet seventeen itu istilah kerennya di kalangan remaja, dek. Kalau kamu dah usia 17 tahun tandanya kamu tu udah dewasa, udah bisa mandiri gitu jadi harus extra hati-hati jaga diri”. Ujar kakaknya. “owh, gitu ya kak berarti bentar lagi adek akan dewasa ya kak”. Kata Ocha.  
Beberapa bulan lagi Ocha beranjak dewasa, sepertinya akan ada cerita yang menarik di hidupnya tepatnya tanggal 5 juni 2009 nanti. Hari semakin dekat tapi sayang Tuhan berkehendak lain karena ayah Ocha jatuh sakit kata dokter pun penyakitnya sudah parah. Ocha dan Keluarga sudah Pasrah dengan keadaan waktu itu. Bahkan hari ulang tahunnya yang sudah tiba pun sudah tidak di gubrisnya lagi. Beberapa hari kemudian, saat Ocha tidur di kamarnya sekitar pukul 02.15 wib dini hari ia di kejutkan oleh abang sepupunya, sepupunya membangunkannya ia mengatakan kalau ayahnya ingin mengatakan sesuatu untuk seluruh anggota keluarga. Ocha pun bergegas ke kamar sang ayah.
Setibanya Ocha di depan pintu kamar, ia agak terkejut dan bingung karena ibu dan kakaknya sedang menangis histeris dan ia pun memperhatikan keadaan ayahnya yang menghembuskan nafas terakhirnya. Badan Ocha terasa lemas seakan tak berdaya disaat menyaksikan apa yang baru saja dilihatnya. Ia merasa ada juga yang menarik jiwanya, isak tangis sudah tidak terbendung lagi sampai acara pemakaman pun air matanya masih mengalir deras dari kedua telaga bening itu.
Sejak hari itu, Ocha hanya berada didalam kamar ia sangat terpukul sekali akan kejadian tersebut. Kata-kata yang selalu diucapkannya hanya kata “Ocha nyesel” dan kata “maafin ocha”. Untung Ocha mempunyai sahabat yang baik hati Okta namanya, bersama Okta lah Ocha menceritakan penyesalan yang ia rasakan. Ocha bercerita kalau dia selama ini sering tidak patuh dengan perintah ayahnya sering mengecewakan, bahkan Ocha belum sempat membanggakan sang ayah. Ia pun belum sempat meminta maaf ke ayah nya itu. “nasi telah menjadi bubur’ penyesalanlah yang dirasakan Ocha saat itu. Akan tetapi, Ocha telah berjanji di atas makam ayahnya kalau Ocha akan menjaga ibunya dengan baik dan akan membahagiakan ibunya itu.
Butuh waktu yang cukup lama untuk bangkit kembali dari keterpurukannya, sejak peristiwa itu Ocha sangat membenci angka 17 apapun itu. Baginya angka 17 itu musibah, bencana, dan ia harus cepat-cepat menjauh dari angka tersebut.” Sweet seventeen itu tidak ada yang ada ugly seventeen karena penuh duka”.ujarnya.
Akan tetapi, dari kejadian yang ocha alami itu. Ocha dapat mengambil hikmahnya bahwa dia harus berbakti kepada orang tuanya, patuh, semangat, lebih dewasa, mandiri, dan harus menjadi anak yang dapat membanggakan kedua orang tuanya baik itu yang masih ada maupun yang sudah tiada.
Alhamdulillah, sekarang Ocha sudah berhasil masuk kuliah di perguruan tinggi negri. Dengan jerih payahnya yang ia kumpulkan selama 1 tahun bekerja ia dapat membayar uang masuk kuliahnya sendiri.